Presiden terpilih Joko Widodo telah memberikan pernyataan berapa
komposisi meteri yang akan duduk di kabinetnya. Termasuk, posisi menteri
utama seperti Kementerian Keuangan, kementerian BUMN, Kementerian
Pertanian hingga Kementerian ESDM yang akan diambil dari orang
profesional non partai.
Mengacu pernyataan Jokowi, posisi Kementerian ESDM yang kini tengah
menjadi sorotan karena kasus korupsi dan mafia Migas, maka siapa
kandidatnya sudah megkerucut pada beberapa nama.
Nama-nama yang ada
dipilah berdasarkan kriteria yang sering disampaikan Jokowi sebelumnya,
yakni memiliki kemampuan manajerial, leadership, muda, dari kalangan
pengusaha/CEO, bersih, wajah baru dan berani memberantas mafia migas.
Sedikitnya ada delapan alat ukur yang bisa digunakan untuk memandu
siapa kira-kira dari nama-nama yang muncul yang pantas dengan kriteria
Jokowi untuk duduk di kursi Menteri ESDM.
Sampai saat ini ada 15 nama yang beredar dalam bursa Menteri ESDM.
Masing-masing Kurtubi, Karen Agustiawan, Arie Soemarno, Poltak
Sitanggang, Raden Priyono, Tumiran, Kuntoro Mangkusubroto,
Deendarlianto, Darwin Silalahi, Rovicky, Luluk Sumiarso, Darmawan
Prasodjo, Eriryana Hardjapamekas, Arif Budimanta dan Evita Legowo.
Kurtubi, Arif Budimanta, dan Darmawan Prasodjo secara otomatis sudah
gugur dengan pernyataan Jokowi bahwa Menteri ESDM akan diisi dari
profesional non partai.
Kurtubi adalah caleg terpilih dari Partai Nasional Demokrat sementara
Arif Budimanta adalah caleg dari PDI Perjuangan dan pernah duduk di DPP
PDI Perjuangan. Darmawan Prasodjo juga orang partai karena dia
merupakan caleg DPR RI dari PDIP dalam pileg 2014 yang baru lalu. Dengan
demikian maka dari 15 nama tinggal tersisa 12 nama lagi.
Jika dilihat dari kriteria usia sebagaimana yang ditekankan oleh
Jokowi berkali-kali bahwa dirinya mengharapkan menteri ESDM masih
berusia muda yaitu 55 tahun kebawah maka Arie Soemarno (65 th), Raden
Priyono (58 th), Koentoro Mangkusubroto (67 th), Luluk Sumiarso (63 th),
Erry Riyana Hardjapamekas (64 th)
Sedangkan Evita Legowo (63 th) tidak memenuhi kriteria ini. Dengan
demikian maka calon menteri ESDM yang tersisa tinggal Karen, Poltak
Sitanggang, Tumiran, Deendarlianto, Darwin Silalahi dan Rovicky.
Pada 4 September 2014, Jokowi juga menyampaikan bahwa syarat khusus
untuk menjadi menteri ESDM adalah mereka yang memiliki latar belakang
pengusaha atau pernah memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan
sehingga tidak gamang dalam mengambil keputusan.
Dari syarat khusus ini maka Rovicky, Tumiran, dan Deendarlianto tidak
masuk pada syarat ini. Rovicky adalah Ketua Ikatan Geolog Indonesia dan
tidak memiliki pengalaman sebagai pengusaha atau CEO perusahaan.
Deendarlianto dan Tumiran juga tidak pernah memimpin perusahaan. Mereka
lebih dikenal sebagai pengamat dan akademisi.
Dari kriteria ini maka kandidat tersisa tiga orang. Ketiga-tiganya
memenuhi kriteria tersebut. Yakni memiliki kemampuan manajerial dan
kepemimpinan. Karen Agustiawan sepertinya akan gugur dalam dua kriteria
berikutnya yaitu rekam jejak dan wajah baru.
Karen walaupun belum terbukti melalui sebuah keputusan hukum tetapi
dia pernah menjadi saksi di KPK dalam kasus Jero Wacik dan Rudy
Rubiandini (Suap SKK Migas). Karen juga tidak bisa dikatakan sebagai
wajah baru dalam bidang ESDM. Bahkan, sebagai Dirut Pertamina selama 8
tahun ia dianggap mengetahui alur permainan mafia migas.
Berdasarkan tahapan seleksi melalui kriteria yang diinginkan oleh
Jokowi maka yang tersisa tinggal dua nama yaitu Poltak Sitanggang dan
Darwin Silalahi. Kedua-duanya memenuhi hampir seluruh syarat.
Keunggulan Poltak Sitanggang selain lebih muda lima tahun dari
Darwin, juga memenuhi kriteria berani, yang sangat diinginkan oleh
Jokowi sebagai syarat mutlak untuk meberantas mafia migas.
Setidaknya Poltak tercatat pernah mengambil alih 44.000 Ha lahan
Kontrak Karya Asing milik Rio Tinto dan mampu memenangkannya di
Pengadilan. Sementara Darwin Silalahi dikenal sebagai Golden Boy
perusahaan minyak Asing yaitu British Petroleum Indonesia, Shell
Indonesia, dan Royal Dutch Shell Plc yang kesemuanya adalah kompetitor
Pertamina di bidang minyak.
Pengamat Politik Energi dari Global Future Institut, Hendrajit,
mengkategorikan Darwin Silalahi sebagai kader perusahaan asing yang
diduga sengaja disusupkan ke Kabinet jokowi. Peluang Poltak Sitanggang
menjadi lebih besar dibandingkan Darwin karena didukung oleh
alumni-alumni UGM pada saat acara temu kangen Kagama di Balai Kartini,
12 September 2014.
Poltak Sitanggang menurut polling dari mahasiswa Singapura dalam situs Beranilawanmafia.com
menempati peringkat tertinggi sebagai yang dianggap paling berani
memberantas mafia migas. Peringkat Poltak Sitanggang mengalahkan tiga
kandidat lainnya.
Namun demikian ditegaskan, siapa yang akan diambil sebagai menteri
ESDM tetap ada di tangan Jokowi. Walaupun, banyak pihak melihat
pertarungan kedua orang ini adalah pertarungan antara Harvard dengan
UGM, antara Golden Boy perusahaan minyak asing dengan orang yang mampu
mengalahkan Kontrak Karya Asing, Rio Tinto. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar