Lembaga survei, Indo Barometer menyebutkan, menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden pada 9 Juli 2014, elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla merangkak naik, sementara pasangan lainnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berada di bawahnya.
Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, di Jakarta, Jumat, tren elektabilitas Jokowi-JK terus naik mendekati hajatan pilpres.
Demikian juga elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta, namun Jokowi-JK lebih unggul di hampir semua segmen pemilih dan di hampir semua provinsi strategis sehingga pasangan nomor urut dua itu yang lebih punya peluang memenangi Pilpres.
Pasangan Jokowi-JK diungguli oleh tujuh lembaga survei yang ada, sementara hanya tiga lembaga survei yang mengungguli pasangan Prabowo-Hatta.
"Hasil survei, memang hampir sama jika metodenya sama. Itu bisa dilihat bagaimana angkanya tidak terlalu jauh, dan posisinya yang di atas ya Jokowi-JK. Soal belakangan ini ada yang berbeda, silahkan dilihat track record dari lembaga surveinya untuk melihat akurasinya. Kalau kemudian pasangan Jokowi-JK dikatakan unggul oleh tujuh lembaga survei dan sejauh ini punya track record yang kredibel, berarti memang sejauh ini yang unggul adalah Jokowi-JK," jelasnya.
Qodari mengatakan, Jokowi sudah unggul dalam berbagai survei dalam waktu lebih dari satu tahun dengan lawan yang relatif sama yakni ada nama Prabowo dalam berbagai survei sebelumnya. Dan kini ketika sudah mengerucut menjadi hanya dua pasang calon, Jokowi juga tetap unggul.
Dengan kondisi di mana pemilih sudah terfragmentasi pada masing-masing personifikasi figur Jokowi yang dianggap merakyat dan sederhana dan figur Prabowo yang dianggap tegas, maka sudah sangat kecil ada pengaruh signifikan di pemilih untuk beralih ke pilihan lain dari apa yang sudah ditentukan sekarang ini.
"Jadi mengacu pada itu, biasanya enggak ada perubahan signifikan, tetapi dalam politik ya bisa saja, tetapi itu perbandingannya satu diantara 20," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam waktu tersisa, kampanye yang dilakukan memang masih bisa mempengaruhi pilihan masyarakat. Tetapi yang paling mungkin berubah adalah mereka yang masih mengambang yang mana jumlahnya sudah tidak terlalu signifikan.
"Itu pun sangat kecil kemungkinan suara mengambang akan secara bulat menentukan pilihannya ke satu calon saja, tetapi akan terbagi kepada kedua pasang calon entah berapapun prosentasenya. Sehingga, jarak elektabilitas di atas 10 persen antara Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta butuh kerja keras untuk bisa menempelnya, apalagi untuk menyalipnya," ucapnya.
Seperti diketahui, tujuh survei yang telah dirilis dengan angka elektabilitas Jokowi-JK unggul adalah; Populi Center dimana elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta 36,9 persen dan Jokowi-JK 47,5 persen, kemudian survei SSSG dimana elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta hanya 28,35 persen sedangkan Jokowi-JK 42,65 persen, lalu survei ARC dimana pasangan Prabowo-Hatta hanya memperoleh dukungan 29 persen dan Jokowi-JK 38,8 persen.
Pasangan Jokowi-JK juga unggul di survei yang dilakukan Cyrus Networks dimana pasangan Prabowo-Hatta dukungan respondennya hanya 41,1 persen, dan Jokowi-JK mencapai 53,6 persen.
Terakhir, tiga lembaga survei yang merilis hasil surveinya dengan temuan keunggulan pasangan Jokowi-JK adalah Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Pol Tracking, dan Indo Barometer. Dalam survei LSI, elektabilitas Prabowo-Hatta 38,7 persen dan Jokowi-JK 45 persen. Adapun di survei Pol Tracking, pasangan Prabowo-Hatta elektabilitasnya 41,1 persen dan Jokowi-JK 48,05 persen. Lalu di survei Indo Barometer, pasangan Prabowo-Hatta elektabilitasnya hanya 36,5 persen dan Jokowi-JK 49,9 persen.
Sementara dua survei yang mengunggulkan Prabowo-Hatta adalah LSN dimana elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,6 persen dan Jokowi-JK 38,8 persen, serta survei PDB yang merilis elektabilitas Prabowo-Hatta 31,8 persen dan Jokowi-JK 29,9 persen. Survei Puskaptis menyebutkan Prabowo-Hatta berada di posisi teratas mencapai 44,64 persen. [antara]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar