Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dikenal sebagai seorang yang sangat disiplin dalam menjalankan berbagai kegiatannya, apalagi kegiatan resmi, Jokowi selalu bersemangat menghadirinya.
Hal yang tidak biasa, ditunjukkan oleh Jokowi ketika harus menghadiri acara Ground Breaking
Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) yang diselenggarakan di Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (2/7/2013). Selain Jokowi, dalam acara tersebut juga dihadiri Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Muhaimin
Iskandar, bahkan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa juga nampak hadir.
Entah karena macet atau molornya jadwal sebelumnya atau alasan lainnya, Jokowi terlambat hadir dalam acara tersebut, ulah Jokowi ini memaksa para menteri harus bersabar menunggu sekitar 45 menit.
Tak cukup dengan terlambat saja, dua kejadian lain yang juga diluar kebiasaan Jokowi nampak pada akhir acara tersebut. Usai acara, Mepera Djan Faridz
menawari Jokowi untuk meninggalkan acara dengan menggunakan mobil Djan Faridz, tetapi tawaran ini ditolak mentah mentah oleh Jokowi dengan cara khas Solo.
"Mari, Mas, ikut satu mobil sama saya saja. Di mana-mana macet soalnya," ajak Djan Faridz kepada Jokowi.Namun,
orang nomor satu di DKI Jakarta itu tidak mengiyakan. Ia mengatakan
ingin membagi-bagikan buku tulis terlebih dahulu kepada anak yang
tinggal di sekitar lokasi Ground Breaking Rusunawa.
"Nanti ya, aku tak bagi-bagikan buku dulu buat anak-anak," jawab Jokowi.
Setelah perbincangan itu, Jokowi beranjak ke mobil mengambil setumpuk buku tulis dan membagikan buku tulis. Sementara, Djan Faridz menunggu dengan sabar menunggu dalam mobil Lexus warna hitam miliknya.
Usai menjalankan aksi keperdulian, membagi bagi buku tulis pada anak-anak, Jokowi seakan-akan tak memperdulikan Djan Farid dan segera bergegas memasuki mobil dinasnya, Toyota Innova warna hitam. Melihat hal tersebut, Djan Faridz buru-buru menyusul Jokowi masuk ke mobil dinas Jokowi dari pintu mobil sisi lainnya. Mereka
duduk berdampingan di kursi bagian tengah mobil Inova dan langsung
meninggalkan lokasi.
Sebagai orang Jawa, khususnya Solo, yang "ewoh pakewoh", kejadian semacam ini tak banyak mempunyai tafsir lain selain sebagai ungkapan sikap tak senang seseorang dengan orang lain.
Jika sikap yang ditunjukkan Jokowi ini sesuai tafsir, yaitu ketidak senangan Jokowi pada Djan Faridz, apakah yang melatar belakanginya ? Untuk sampai pada latar belakang, marilah kita kupas sekilas siapa Djan Faridz.
Djan Faridz dilahirkan di Jakarta dari pasangan Mohammad Djan dan Aisha Djan. Menempuh pendidikan pada sekolah SD St. Fransiskus (1957-1963),
lalu SMP Kanisius (1963-1966) dan SMA Negeri 2 Jakarta (1966-1969). Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Tarumanagara, di mana dia lulus dengan sarjana arsitektur.
Usaha Faridz pertama adalah bengkel las, yang lama-kelamaan mulai menjual barang untuk bangunan. Pada tahun 1996 Faridz mendirikan PT Dizamatra Powerindo, sebuah kontraktor swasta yang pernah digunakan Pertamina. Djan Faridz juga pernah bermain dalam usaha spekulasi tanah, dan pernah menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Pada tahun 2004 Faridz menjadi anggota Nahdlatul Ulama (NU), dengan menjadi bendahara NU cabang Jakarta pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, Faridz terpilih sebagai wakil Jakarta di Dewan Perwakilan Daerah dengan mengumpulkan sebanyak 200.000 suara, yang membuat dia menjadi kandidat nomor tiga.Sebagian besar dukungannya adalah dari NU dan pengusaha lain. Sebagai anggota DPD, dia mengutamakan pelestarian budaya Betawi dan meningkatkan kemampuan ekonomi Jakarta, dengan mengutamakan pasar tradisional.
Meskipun pada tahun 2000 Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan bahwa Faridz telah
menerima uang tidak transparan untuk pembangunan tenaga listrik. Pada tahun 2004 Faridz memimpin renovasi pasar tekstil di Tanah Abang, yang juga menjadi kontroversial. Dia diketahui mempunyai hubungan baik dengan para politikus dan anggota TNI, Jokowi, sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tanggal 17 Oktober 2011 dia terpilih sebagai Menteri Perumahan Rakyat, yang membuat dia mengundurkan diri dari pemilihan Gubernur Jakarta. Juga pada tahun 2011 ia terpilih sebagai kepala cabang NU di Jakarta sampai dengan tahun 2014.Selain hal tersebut perlu dicatat juga bahwa pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, Djan Faridz dikenal pendukung pasangan Jokowi bahkan beberapa media yang melukiskan sebagai "Pengusaha di Balik Jokowi", juga sebagai pemilik PT Priamanaya Djan International (PT PDI) yang saat ini bersengketa dengan Pemprov DKI Jakarta.
Sengketa pengeloaan pasar Blok A Tanah Abang antara PD Pasar Jaya dan PT Primanaya Djan Internasional saat ini masih dalam tahap banding. Hal itu terjadi setelah Pengadilan Negeri Jakarta Timur mengalahkan PD Pasar Jaya dalam sengketa tersebut. Kemudian yang berhak mengelola pasar Blok A itu PT Primanaya Djan Internasional.
Kuasa Hukum PD Pasar Jaya Taufik Basari, Sabtu (13/72013), mengatakan secara hukum saat ini sengketa pengelolaan pasar oleh perusahaan milik Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz dan Pemrov DKI itu masih belum ada perkembangan. Kata Taufik Basri, kedua pihak masih mengajukan banding. Tetapi masih terbuka penyelesaian jalan damai.
"Ini kan kasus perdata. Bisa diselesaikan melalui peradilan maupun kesepakatan damai," kata Taufik.
Taufik menuturkan, saat ini proses hukum tetap berjalan. Tapi jalan damai secara kekeluargaan tidak menutup kemugkinan ditempuh Jokowi dan Djan Faridz.
"Kalau proses banding memang sedang berjalan, begitu pula PT Primanaya sekarang mengajukan banding. Tapi kami masih terbuka merenegosiasi terhadap putusan pengadilan itu, jadi masih terbuka untuk penyesaaian damai," katanya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan sengketa pengelolaan Pasar Blok A dengan PT Primayana itu sudah 99 persen selesai. Dia mengatakan, kemungkinan besar pasar itu akan kembali dikelola oleh Pemprov DKI, dalam hal ini PD Pasar Jaya.
"Sudah dalam proses semuanya hampir rampung. Kami usahakan untuk kembali jadi milik Pemprov," kata Jokowi.
Catatan ICW dan sengketa pasar Tanah Abang inikah yang menjadi dinginnya sikap Jokowi pada Djan Faridz? Bagaimana dengan balas budi dukungan Djan Faridz pada Pilgub DKI Jakarta yang lalu? Akankah Jokowi bisa melupakan dukungan Djan Faridz di masa yang lalu?
Waktu yang akan menjawabnya.[Prometheus]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar