Berbagai upaya dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk
meminimalkan bencana banjir di Ibu Kota. Salah satunya, dilakukannya
operasi teknologi modifikasi cuaca di atmosfer untuk mendistribusikan
curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kendati demikian,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap meminta warga agar waspada banjir.
Meskipun potensi hujan besar pada 27 Januari diperkirakan kecil, pasang
laut masih di level maksimal 1 meter, tanggul di pantai utara Jakarta
juga rawan jebol.
Rekayasa cuaca
Operasi
teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini merupakan kerja sama Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
Pesawat Hercules mulai menebar garam dapur di
atas Selat Sunda, Sabtu (26/1/2013) pukul 13.32 hingga 15.40, untuk
membuat hujan buatan. Hanya sekitar setengah jam setelah 4 ton garam
ditebarkan, hujan lebat di atas Selat Sunda pun terjadi.
"Potensi
pembentukan awan hujan terpantau radar BPPT berada di atas Selat Sunda,
di sebelah barat Kabupaten Pandeglang. Karena itu, pesawat mengarah ke
sana untuk menebarkan garam," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan
Buatan BPPT Heru Widodo.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, operasi TMC dilakukan atas perintah
Gubernur DKI Jakarta kepada Kepala BNPB, Jumat pekan lalu. BNPB pun
segera merespons dan bekerja sama dengan BPPT.
Menurut Heru,
Jokowi meminta agar hujan lebat tidak turun di sekitar Puncak dan
Jakarta untuk mencegah terjadi banjir di Jakarta.
BPPT kemudian bekerja sama dengan BNPB membuat hujan buatan dan memasang alat pemecah pembentukan awan hujan.
Rekayasa
cuaca ini akan dilakukan selama dua bulan, yaitu 26 Januari-25 Maret
2013, sehingga hujan tidak turun di darat, tetapi langsung di laut. Awan
juga direkayasa agar terbentuk di atas laut sehingga hujan pun turun di
laut.
TMC ditargetkan akan mampu mengurangi hujan di Jakarta sekitar 30 persen. Dana yang dikeluarkan BNPB mencapai Rp 13 miliar.
Hujan
buatan akan dilakukan di pesisir utara Jakarta, di sekitar Selat Sunda,
serta di pantai selatan bagian barat Pulau Jawa. Pembuatan hujan ini
disesuaikan dengan potensi awan hujan yang terbentuk setiap hari selama
musim hujan.
BPPT juga mengoperasikan alat pemecah pembentukan
awan hujan. Alat ini dipasang pada menara berketinggian sekitar 50 meter
dan sudah dioperasikan lima unit di sekitar Puncak dan 20 unit tersebar
di Jakarta. Alat ini bekerja berdasarkan pantauan radar cuaca BPPT.
"Jika terjadi potensi pembentukan awan hujan, awan segera dipecahkan sehingga tidak terjadi hujan," kata Heru.
Pelaksanaan
TMC di Jakarta dilakukan dengan mengerahkan empat pesawat terbang,
yaitu 1 Hercules C-130 TNI AU dan 3 pesawat CASA 212-200.
Pesawat
Hercules yang bisa mengangkut 5 ton-6 ton garam disiapkan di Bandara
Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat CASA yang berkapasitas angkut
sekitar 1 ton garam disiapkan di Lapangan Pondok Cabe, Tangerang.
"Operasional
pesawat tergantung kondisi awan. Jika membutuhkan cukup banyak garam,
maka dioperasikan pesawat Hercules," kata Sutopo.
Penanganan banjir
Berdasarkan
data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir di
Jakarta hingga kemarin masih menggenangi sejumlah wilayah di delapan
kelurahan. Jumlah pengungsi sebanyak 3.330 jiwa.
Jokowi mengatakan
akan mengevaluasi status tanggap darurat bencana banjir yang telah
berlangsung selama 10 hari dan berakhir pada Minggu ini.
Di
tempat-tempat yang masih tergenang banjir, Jokowi juga telah
memerintahkan agar mobil-mobil pemadam kebakaran menyedot air. Armada
pengangkut sampah juga sudah dikerahkan untuk mengangkut sampah sisa
banjir.
Penanganan korban banjir masih terkonsentrasi di Jakarta
Utara. Jokowi pun berharap pada Minggu ini tidak turun hujan besar.
"Mudah-mudahan tidak ada," ujarnya saat mengunjungi lokasi banjir di
Luar Batang, Jakarta Utara.
Berdasarkan data BPBD DKI Jakarta,
kemarin, kondisi 10 pintu air masih dalam posisi Siaga IV dan satu pintu
air di Pasar Ikan dalam posisi Siaga III dengan ketinggian air 194
sentimeter. Ketinggian air di Pintu Air Pasar Ikan ini yang memengaruhi
banjir di Pluit dan wilayah sekitarnya yang berbatasan dengan laut.
Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi, sepanjang akhir
pekan ini cuaca di Jakarta dan sekitarnya juga cukup bersahabat. Hujan
diperkirakan tetap mengguyur Jabodetabek dengan intensitas ringan hingga
lebat. Namun, sebagian besar kawasan Ibu Kota diperkirakan diguyur
hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Kawasan Jakarta
Selatan, Depok, dan Tangerang adalah daerah yang diperkirakan bakal
diguyur hujan lebat, tetapi pada saat tertentu, seperti siang hari.
Call Center 164
Kendati
demikian, Eko Hariadi dari Bagian Humas Komando Tanggap Darurat Bencana
Banjir DKI Jakarta meminta warga tetap waspada banjir karena peluang
hujan dengan intensitas ringan hingga sedang tetap bisa terjadi secara
sporadis di wilayah Jabodetabek.
"Ada pula prediksi pasang laut yang tinggi pada 27 Januari, karena itu warga harus tetap waspada," ujarnya.
Untuk
meningkatkan kewaspadaan warga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga
telah menyiapkan layanan informasi cuaca, banjir, dan kebutuhan di
pengungsian. Warga bisa menghubungi Call Center Siaga Bencana di nomor
164.
Pengoperasian pompa
Ahli teknik hidro
dan pantai dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Nur Yuwono,
mengingatkan, Pemprov DKI Jakarta juga semestinya memperhatikan kesiapan
pengoperasian pompa-pompa pengendali banjir.
Katulampa sebagai acuan ancaman banjir di Jakarta harus diikuti pengoperasian semua pompa pengendali banjir di Jakarta.
"Saat
ini air di Katulampa tinggi, semua pompa pengendali banjir di Jakarta
termasuk di Waduk Pluit harus dioperasikan. Jangan sampai pompa itu
lebih dulu terendam banjir sehingga tidak bisa dioperasikan," ujarnya.
Sebagai
kawasan yang mengalami penurunan muka tanah cukup tinggi dan berada di
bawah permukaan air laut, kawasan Pluit sangat membutuhkan sistem polder
yang baik untuk menjaga kawasan tersebut tetap kering.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar