Sabtu, 05 Juli 2014

Lembaga Survei Angkat Tangan, Ada Apa?

Sejumlah lembaga survei mengaku sulit menakar pemenang Pilpres 2014. Hal itu dikarenakan persaingan antara kedua kandidat berjalan sengit. Hasil perolehan suara dukungan rakyat kepada kedua pasangan calon melalui berbagai survei bedanya tipis.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengatakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukannya, perolehan suara dukungan pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta mendapatkan 42,6 persen dan pasangan nomor urut 2 mendapatkan suara sebesar 46,0 persen.
"Selisih 3,4 persen, Jokowi-JK 46 persen, Prabowo-Hatta 42 persen, 11,3 persen responden yang belum memutuskan, dan margin error 3 persen. Maka kalau di Bahasa Inggris itu istilahnya, too close too call, angkanya terlalu mepet untuk dapat disimpulkan siapa pemenangnya?," ujarnya saat diskusi Polemik Sindo bertema 'Mengejar Survei Pilihan Rakyat' di Warung Daun Cikini Jakarta, Sabtu (5/7/2014).
Hal senada juga diungkapkan Direktur Polcomm Heri Budianto. Menurutnya, penyebab sengitnya persaingan antar kedua pasangan lantaran pergerakan para pemilih sangat dinamis.
"Kami di Polcomm sampai hari ini sulit sekali mengatakan mana yang akan menjadi pemenang. Pergerakan para pemilih sangat dinamis," ungkap Heri.
Heri mengatakan lembaganya telah melakukan banyak survei mulai dari masa sebelum kampanye hingga masa kampanye dan debat capres-Cawapres. Saat sebelum kampanye, survei mengatakan pasangan Jokowi-JK dinilai lebih unggul dari Prabowo-Hatta.
"Tanggal 3 April (survei pertama) Jokowi-JK mendapatkan 31 persen, sedangkan Prabowo Hatta 19 persen. Setelah debat kedua, tanggal 16 Juni, saya dan teman-teman mencermati 9 survei lembaga rilis selisih angka, Kisaran angka 7-12 persen," ujarnya.
Heri pun kaget dari 9 lembaga survei yang merilis ada perbedaan sekitar 7-12 persen hasilnya. Ini yang membuatnya bertanya-tanya apa yang menyebabkan selisih dan perubahan ini begitu cepat.
"Kami menyimpulkan ada tren penurunan (dukungan suara) pasangan nomor urut dua," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Puskaptis Husein Yazid mengatakan perbedaan hasil survei antar lembaga banyak faktornya. Diantaranya yakni dengan metode samplingnya.
Kata Husein, ada lembaga survei yang menggunakan metode dengan responden 1200. Metode ini memiliki tingkat margin error 3 persen. Sedangkan metode yang menggunakan responden 2400 memiliki tingkat margin error 0,5-2,5 persen. Kemudian, lanjut Husein, perbedaan juga bisa terjadi dengan lokasi wilayah responden.
"Perbedaan itu bisa terjadi kalau metodologi itu berbeda, hasilnya bisa sangat berbeda. Karena survei itu kan fungsinya sebagai potret lapangan, soal wilayah bisa pengaruh," ujar Husein.  [merdeka]

2 komentar:

  1. Ha ha ha, lembaga survei tsb takut diberi sanksi sosial hingga ambrol profesionalisme dan kredibilitasnya. Mereka menyadari rakyat tdk mudah ditipu rekayasa survai survei mereka dg bendera akademisi dan intelektualitas. Untung mereka menyadari kesalahannya sblm hasil pilpres digelar dan ketahuan bohongnya sprt pilgub dki yg memprediksi Jokowi kalah dr Foke, tp faktanya justeru berbalik!!!

    BalasHapus
  2. Ha ha ha, lembaga survei tsb takut diberi sanksi sosial hingga ambrol profesionalisme dan kredibilitasnya. Mereka menyadari rakyat tdk mudah ditipu rekayasa survai survei mereka dg bendera akademisi dan intelektualitas. Untung mereka menyadari kesalahannya sblm hasil pilpres digelar dan ketahuan bohongnya sprt pilgub dki yg memprediksi Jokowi kalah dr Foke, tp faktanya justeru berbalik!!!

    BalasHapus