Dalam kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden beberapa waktu
lalu, capres Joko Widodo membuat program memajukan industri kreatif.
Jauh sebelum kampanye itu, Inggris telah menjadikan industri kreatifnya
sebagai tulang punggug ekonomi.
Pekan ini detikcom berkesempatan
mengunjungi negara Ratu Elizabeth II itu atas undangan Garuda Indonesia.
Senin 14 Juli 2014 kami berkesempatan menikmati kawasan
Leicester Square Theatre. Di sini terdapat pusat ruang terbuka publik
yang bisa digunakan masyarakat untuk bertemu. Tidak sekadar mal layaknya
di Jakarta.
"Kalau malam minggu di sini sangat ramai," kata mahasiswa asal Indonesia, Putra Sianipar, yang ditemui detikcom.
Di
tempat ini, banyak demo art gratisan. Setiap anak muda pamer kebolehan
berdansa, bernyanyi dan sebagainya. Ada juga pengamen dengan kualitas
suara yang yahud.
"Pengamen di sini diselekasi oleh pemerintah setempat. Jadi bagus-bagus (suaranya)," ujar Putra.
Seperti
pantomim, pemain saksofon, sirkus tunggal dan sebagainya. Sepanjang
area, pengunjung pun akan dimanjakan berbagai atraksi tersebut. Dengan
kualitas kreativitas tinggi itu, pengunjung tidak segan-segan melempar
koin tanda terimakasih.
"Saya pernah mencoba open mix dengan
gitar. Tapi karena tidak ada izin, diusir semacam satpol PP sini," kata
lajang asal Yogyakarta itu.
Salah satu kafe yang memberikan kesempatan menyanyi bak penyanyi
profesional adalah kafe The Spice of Life. Di sini, setiap pengunjung
bisa menyanyikan lagu maksimal 2 lagu. Umumnya mereka membawakan lagu
ciptaan sendiri.
"Di Jakarta tidak ada kafe yang seperti ini.
Kalau lu gak profesional, lu gak akan bisa tampil di kafe. Di sini beda.
Inilah mengapa banyak penyanyi Inggris yang berkarakter," papar Putra
yang juga vokalis band itu.
Dalam satu malam, sedikitnya ada 20
orang yang perform. Nah, para pencari bakat dari mayor label 'blusukan'
nongkrongin kafe-kafe semacam The Spice of Life itu. Mereka jemput bola
mencari penyanyi baru, salah satunya The Voice.
"Saya pas turun open mic, tiba-tiba ada produser The Voice yang meminta saya audisi," kata Putra.
Dengan
industri kreatif yang tumbuh subur di London, maka Inggris banyak
mencetak karya besar di berbagai bidang seni. Namun Putra punya catatan
khusus.
"Pasar di Indonesia harus dibentuk biar bisa menerima ini," papar Putra yang mengambil master hukum internasional itu.
Nah,
berkaca dari London, apakah Jokowi bisa mewujudkan mimpinya jika jadi
presiden nanti untuk memajukan industri kreatif dan membuat tempat
terbuka publik? [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar