Sabtu, 17 Mei 2014

Win-HT Nasibmu Kini

Partai Hanura memutuskan bergabung dengan PDI Perjuangan dan mendukung Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Hanura beralasan, mereka memiliki kesamaan posisi sebagai partai oposisi pemerintah.
Namun, pilihan politik ini menimbulkan pertanyaan. Sebab, sebelumnya partai tersebut sudah memiliki calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) sendiri yaitu Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo.
Setelah bergabung dengan PDI Perjuaangan, bagaimana nasib mereka?
"Itu pasangan capres dan cawapres. Kalau tidak ada peluang, pasangan itu otomatis tidak bisa kita wacanakan dalam Pilpres mendatang. Itu otomatis," kata Ketua Umum Hanura, Wiranto, di Teuku Umar, Jakarta, Sabtu 17 Mei 2014.
Terkait ketidakhadiran Hary Tanoe dalam pertemuan penting ini, mantan Panglima TNI itu mengakui bahwa yang bersangkutan memang sengaja tidak diajak karena posisi di partai.
"Ini kan pertemuan pengurus inti. Beliau kan Dewan Pertimbangan," ujarnya sambil memasuki mobil Toyota Camry hitam.
Sementara itu, politikus Partai Hanura Saleh Husein yang turut mendampingi Wiranto berkilah Hary Tano tengah menghadiri kegiatan lain sehingga tidak dapat ikut serta bertemu Megawati beserta petinggi PDI Perjuangan. "HT masih ada acara," kata dia.  [umi/vivanews]

1 komentar:

  1. Inilah konsekuensi bg pasangan capres/cawapres. Setidaknya setelah Win-HT mencoba tampil mengiklankan diri di TV, mengenalkan ide, dan blusukan akhirnya tahu kondisi dan volume respon masyarakat saat ini. Apa yg mesti dievaluasi diri pd Pak Wiranto dan Hary Tanoe bila hendak mencoba lg di tahun 2019 nanti, kemampuan mediakah, gaya blusukankah atau penguatan ketokohannya. Itulah yg mesti dipelajari utk dikoreksi. Namun gue yakin Pak Wiranto dan Hary Tanoe setidaknya pernah rasakan enak dan tidak enaknya blusukan di tengah masyarakat, khususnya P Wiranto yg pernah merasakan sprt apa jadi kernet/kondektur bus di tengah berjubel di tengah pr penumpang bahkan copet dg bau keringat dan keluhan rakyat kecil. Apakah P Wiranto dan Hary Tanoe bisa bedakan nikmatnya hidup makmur bergelimangan harta, gedung megah berAC dan jabatan pimpinan dg hidup serba terbatas dg keringat bercucuran di bawah terik matahari membakar kulit yg dialami sebagian besar rakyat Indonesia? Anggaplah kampanye kemarin sbg pembelajaran bg siapapun kalangan elit utk memilih berguna atau tdkkah, senang atau tdkkah thdp blusukan? Mau bahkan mampukah bertahan hidup seperti rakyat kecil? Renungkanlah ...

    BalasHapus