Ancaman tersebut berpotensi menjadi
preseden buruk dari kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal
Bakrie dan sekaligus dapat memicu gejolak internal partai yang tidak
diperlukan.
“Seyogyanya DPP Partai Golkar harus
dapat memahami situasi yang berkembang saat ini di dalam internal
Golkar, sehingga diperlukan suatu langkah kebijakan yang akomodatif,”
ujarnya di Jakarta, Senin (19/5) malam.
Pria yang mengaku ditunjuk menjadi Juru
Bicara bakal calon wakil presiden Jusuf Kalla ini, mengungkapkan, ada
beberapa alasan mengapa ia menilai ancaman pemecatan tidak masuk akal.
Antara lain, bahwa keputusan Rapat
pimpinan nasional (Rapimnas) VI Partai Golkar beberapa waktu lalu,
memberi mandat penuh kepada ARB membangun koalisi jelang pemilihan
presiden, berdasarkan harapan memberi dukungan ke PDIP. Hal tersebut
katanya, sangat terasa menjadi suasana kebatinan yang ada pada saat
Rapimnas tersebut digelar.
"Jusuf Kalla yang dipasangkan sebagai
bakal cawapres dari Capres PDIP, Jokowi, adalah kader Golkar tulen,
bahkan beliau adalah mantan Ketua Umum Partai Golkar. Alasan lain,
banyaknya kekecewaan arus bawah atas keputusan DPP berkoalisi dengan
Gerindra mendukung Prabowo-Hatta,” katanya.
Poempida menilai, sesuai anggaran
dasar/anggaran rumah tangga Partai Golkar, pemecatan kader bukan hak
prerogatif Ketua Umum. Namun dilaksanakan berdasar basis prosedural yang
dilandaskan pelanggaran yang fatal terhadap organisasi partai. [gir/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar