Fenomena elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) yang meroket sebagai calon
kandidat calon presiden, setidaknya oleh lembaga survei, sedikit banyak
akan mempengaruhi partisipasi pemilih dalam Pemilu Presiden 2014
mendatang.
Direktur Program Imparsial, Al Araf
menilai wajar jika Jokowi paling membuat perhatian saat ini. Sebagai
pejabat kepala daerah, Jokowi memiliki keunikan tersendiri dari cara
kerja dan kebijakan yang dibangunnya, menumbuhkan harapan.
"Suka
tidak suka Jokowi antitesa dari rezim hari ini, yang dipandang elitis.
Mencari Jokowi baru dengan menirunya tidak bisa," ungkap Al Araf dalam diskusi, 'Golput dan Fenomena Jokowi,' di Restoran Double Bay, Hotel Ibis, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2013).
Menurut
Al Araf, pandangan ini bukan berarti Imparsial pro terhadap Jokowi.
Namun, harus dipahami bahwa apa yang dilakukan Jokowi adalah
representasi keinginan masyarakat selama ini yang merindukan sosok
pemimpin sederhana dan merakyat.
"Kemungkinan fenomena golput akan sedikit berkurang. Untuk parpol yang menurut saya cenderung akan rendah," tambah Al Araf.
"Memang,
saat ini golput dalam konteks keyakinan politik, sangat tergantung dari
figur calon yang ada. Naiknya Jokowi bisa memberikan harapan
masyarakat. Figur merakyat, wong ndeso. Istilahnya rakyat itu Jokowi,"
paparnya lagi.
Al Araf menambahkan, Jokowi bersih dan tidak
memiliki jejak soal pelanggaran HAM, dan itu harus dijaga sampai ke
depan. Imparsial, kata Al Araf, sangat tidak merekomendasikan calon
presiden yang memiliki keterlibatan dalam dugaan pelanggaran HAM.
Kendati
begitu, naik turunnya golput, tergantung pada pengumuman Jokowi jika
benar dicapreskan, apakah sebelum atau pasca-Pileg 2014. Jika langkah
pertama ditempuh, maka PDI Perjuangan akan mendapat efek bola salju dari
sosok Jokowi. Jika langkah kedua diambil, efek bola salju tak didapat
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar