Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) memiliki berbagai cara untuk
menyelesaikan masalah, utamanya yang berkaitan langsung dengan warga.
Salah satu cara unik yang sering dilakukan yakni dengan diplomasi makan
siang. Belum genap satu tahun dirinya menjabat, setidaknya sudah enam
kali mengundang warga untuk makan siang di Balaikota DKI Jakarta.
Setelah
diajak untuk makan siang, kebanyakan warga langsung menyetujui dengan
pilihan yang diberikan oleh orang nomor satu di ibu kota ini. Namun ada
pula yang sampai dua kali makan siang yakni pertemuan dengan pemilik
metromini yang akan diremajakan.
Biro Kepala Daeran dan Hubungan
Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta mencatat keenam pertemuan makan
siang tersebut yakni, dengan warga korban banjir Jakarta Utara pada awal
Februari, pemilik Metromini pada bulan Agustus, warga Waduk Ria Rio
bulan Setember, dan PKL Blok G Tanah Abang pada September, masing-masing
pertemuan makan siang dilakukan satu kali. Selain itu juga dengan warga
Waduk Pluit yang dilakukan sebanyak dua kali yakni pada awal dan akhir
april.
Kepala Biro KDH dan KLN DKI Jakarta, Heru Budi Hartono
mengakui, setiap kali ada pertemuan, pihaknya terlebih dahulu menyiapkan
data sebagai bahan diskusi dengan warga. "Ya kami buat dulu apa yang
terjadi di lapangan, bagaimana kondisinya, bisa juga masukan dri teman
media. Setelah itu kita kasih ke Pak Gubernur. Tapi biasanya dia sudah
paham apa yang terjadi," kata Heru, Rabu (2/10/2013).
Menurutnya,
setiap pertemuan dengan warga, Jokowi selalu memberikan solusi sehingga
warga menerimanya. Ia mencontohkan seperti warga di Waduk Pluit, yang
diberikan pilihan untuk pindah ke tempat yang lebih layak yakni di rumah
susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda. Selain itu, warga juga diberi
peringatan jika tinggal di atas waduk melanggar aturan.
"Tehadap
PKL Tanah Abang juga begitu. Pak Gubernur ngobrol saja dari hati ke
hati. Bahkan beliau juga pernah sampai mengambilkan nasi buat warga.
Mempersilakan mereka makan bareng, sambil komunikasi satu sama lain,"
ujar Heru yang juga selalu ikut dalam setiap pertemuan dengan warga.
Pertemuan
terakhir yakni dengan warga Waduk Ria Rio, yang menolak direlokasi.
Namun setelah makan siang bersama dengan Jokowi, warga kemudian
menyatakan kesiapan untuk pindah ke Rusunawa Pinus Elok. "Ditanya kan
sama Pak Gubernur, kenapa tidak mau pindah, padahal di Rusun Pinus Elok
semua sudah lengkap. Hidup di sana lebih layak. Tinggal ini diteruskan,
direalisasikan dan disosialisasikan oleh camat dan lurah," katanya.
Ia
menyebutkan, bahwa pertemuan dengan pemilik Metromini yang paling alot.
Padahal, menurutnya Jokowi telah mengungkapkan bahwa peremajaan
Metromini adalah untuk kepentingan warga. Mereka beralasan karena
membenahi bus itu mahal sehingga keuntungannya jadi kecil.
Sejauh
ini, menurut Heru, cara makan siang ini cukup ampuh untuk menyelesaikan
masalah. Utamanya untuk mengajak warga yang tinggal di slum area pindah
ke rusunawa. "Menurut saya makan siang, warga jadi nurut kok. Tapi
kalau tidak diprovokasi ya, kan ada juga tuh yang provokasi, jangan mau
dipindah, jangan mau nanti sepi dan sebagainya," katanya.
Rencananya,
akan ada makan siang lagi dengan warga Lenteng Agung, yang mendemo
lurahnya. Belajar dari pengalaman sebelumnya dirinya optimis jika cara
ini juga akan berhasil. "Kita lihat saja. Berkaca makan siang
sebelumnya, kenapa ga kita yakin?," tandasnya.
Sumber :
beritajakarta.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar