Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mewacanakan kembali ide moratorium
pembangunan pusat perbelanjaan alias mal. Wacana ini sempat muncul di
era kepemimpinan mantan Gubernur Fauzi Bowo pada 2011 silam. Alasan
Jokowi, ingin mengembangkan
pasar tradisional di Jakarta. Sehingga, menurut Jokowi, akan ada pemerataan
ekonomi hingga lapis paling bawah.
Hanya, niat Jokowi ini harus
diikuti keinginan yang kuat. Sebab, menurut data yang dilansir Cushman
and Wakefield, konsultan properti asal Amerika, pertumbuhan mal di
Jakarta terus meningkat setiap tahun.
"Jumlah mal di Jakarta
sudah terlalu padat," kata Head of Research and Advisory Cushman and
Wakefield, Arief Rahardjo, Selasa (17/9/2013).
Menurut
data yang dilansir oleh Cushman and Wakefield, pada 2008 jumlah pusat
belanja di DKI menempati lahan seluas 3.080.097 meter persegi. Angka
tersebut terus naik, pada semester I 2013, jumlahnya sudah naik menjadi
3.920.618 meter persegi. Rata-rata, setiap tahunnya permintaan akan
pengembangan bisnis retail naik sekitar 3,9 persen.
Dari angka
tersebut, Jakarta Selatan termasuk yang menyumbang jumlah mal terbanyak
dengan luasan 1.743.200 meter persegi. Disusul Jakarta Utara sebanyak
758.900 meter persegi. Bahkan, hingga akhir 2013 diprediksi masih ada
penambahan mal lagi seluas 190.100 meter persegi.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar