Membebaskan Jakarta dari banjir menjadi salah satu prioritas Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi).
Dulu kala, 2 bulan setelah dilantik menjadi Gubernur DKI, Jokowi mengecek langsung saluran air di Jakarta.
Kala
itu, Rabu 25 Desember 2012, Jokowi yang masih berpakaian korpri nekat
nyemplung ke gorong-gorong di Jalan Thamrin. Jokowi merasa prihatin.
Sebab, gorong-gorong itu sangat kecil, hanya berdiameter 60 sentimeter.
Dengan
gorong-gorong seukuran itu, menurut Jokowi akan susah membebaskan
Jakarta dari banjir. Apalagi gorong-gorong yang dibuat puluhan tahun
silam itu kerap kali mampet oleh sampah dan endapan lumpur.
Dari
keprihatinan itu, Jokowi berujar ingin membangun terowongan raksasa yang
bisa mengurangi banjir di Jakarta secara signifikan. Terowongan
tersebut akan dibangun multiguna, bisa untuk mengalirkan air dan juga
sebagai jalan yang bisa dilintasi kendaraan dikala kering.
Ide ini
memang tidak baru. Terowongan Raksasa pernah digagas Sutiyoso,
pendahulu Jokowi. Banyak orang yang mendukung, namun tak sedikit pula
yang mengkritik. Ide itu tetap bergulir. Namun kini seolah "kembali tenggelam" ditelah hiruk pikuk perpolitikan nasional, orang lebih nyaman berbicara Jokowi sebagai presiden dibandingkan Jokowi sebagai bapak terowongan raksasa di Indonesia. Untuk mengingatkan kembali, berikut rincian tentang mega proyek yang diberi nama "Terowongan Multi Guna".
MT Haryono Hingga Pluit
Terowongan itu
rencananya akan dibuat dari MT Haryono Jakarta Timur hingga ke Pluit,
Jakarta Utara. Memang, salah satu sasaran terowongan ini adalah
mengalihkan kelebihan air di Sungai Ciliwung ke laut di utara Jakarta.
Mulanya,
terowongan itu akan dibangun di bawah Ciliwung. Namun karena banyak
kelokan, akhirnya direncanakan dibanguin di bawah jalan raya, yaitu di
bawah Jalan MT Haryono, Jalan Gatot Subroto, Jalan S. Parman sampai ke
Pluit.
Tiga Tingkat
Terowongan itu akan dibangun
pada kedalaman 40 hingga 60 meter. Setidaknya ada 3 tingkat. Sesuai
namanya, multi guna, terowongan ini bisa dimanfaatkan untuk beberapa
fungsi. Di dasar akan digunakan sebagai saluran air. Sementara 2 dek di
atasnya bisa difungsikan sebagai jalan.
Terowongan ini rencananya
akan dibangun sepanjang 22 kilometer dan diameter 12-16 meter. Di situ
juga akan dibangun pompa air sebanyak 50 buah. Terowongan tersebut
diharapkan dapat mengalirkan banjir 200 meter kubik per detik. Dari
total panjang terowongan tersebut, sepanjang 18 km akan dijadikan jalan
tol.
Karena juga berfungsi sebagai jalan tol, pada terowongan itu
juga akan dibangun inlet (jalan masuk terowongan) dan outlet (jalan ke
luar terowongan) di beberapa ruas jalan. Dimulai dari Carrefour MT
Haryono menangkap kendaraan dari arah Dewi Sartika dan Bekasi. Inlet di
daerah Gatot Subroto menangkap kendaraan dari arah Buncit dan Mampang
menuju utara. Dan outlet di jembatan Tomang, sekitar Slipi Jaya.
Biaya 16T
Terowongan ini diperkirakan
menghabiskan dana sebesar 16T. Dana itu rencananya tak hanya
dari APBD. Pemprov DKI juga akan menggaet investor untuk membangun
terowongan ini.
Di Malaysia, sebenarnya sudah ada terowongan
seperti yang diutarakan Jokowi ini. Namanya Smart Tunnel. Terowongan ini
juga multi fungsi. Untuk membangun terowongan sepanjang 9,7 kilometer
dengan jalan tol 4 kilometer di dalamnya, Malaysia menghabiskan dana
sebesar RM1.889 juta atau sekitar 6,06T rupiah.
Selesai 4 Tahun
Pada 3 Januari 2013 yang lalu,
Jokowi berujar proyek raksasa ini akan rampung dalam waktu 4 tahun.
Namun, kata Jokowi kala itu, waktu 4 tahun itu baru prediksi. Bisa
kurang, dan bahkan bisa juga molor.
Saat itu, Jokowi berharap
proyek ini bisa berjalan lancar. Dia mengaku payung hukum masih
dibicarakan di Biro Hukum Pemprov DKI. Dan dia sadar proses itu memakan
waktu agak lama.
Apa Kabar?
Namun, menjelang setahun
kepemimpinan Jokowi, rencana proyek ini seolah "hilang gaungnya". Tak
terdengar lagi pembahasan-pembahasan mega proyek yang digadang-gadang
mampu mengurangi banjir di Jakarta.
Meski demikian, pada Mei yang
lalu, Jokowi menyatakan program ini masih jalan. Pada Mei itu, Jokowi
menyatakan tidak mempersoalkan hasil riset Kementerian Pekerjaan Umum
(PU) yang menyebut proyek terowongan raksasa ini tidak efektif dan
efisien.
Yang jelas, kata Jokowi, Pemrov DKI telah memasukkan
proyek Deep Tunnel ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Dan telah disetujui DPRD DKI untuk menggunakan pola investasi.
"Jadi
pola investasi hitung-hitungan untung rugi oleh investor. Untuk
kebutuhan kita seperti tol, skenario kalau ada banjir, dan lainnya,"
tutur Jokowi di Balaikota, Rabu 8 Mei yang lalu.
Sumber :
liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar