Popularitas kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Joko Widodo (Jokowi), sebagai capres pada sejumlah survei mengungguli
tokoh-tokoh lainnya. Popularitas Jokowi tentunya menguntungkan PDI-P.
Menurut Direktur
Center for Election and Political Party, FISIP UI, Reni Chandriachsja
Suwarso
yang juga merupakan dosen FISIP UI alumni
University of Victoria, Melbourne, PDI-P harus tetap menggalang koalisi dengan partai lain.
"Jumlah pendukung PDI-P memang banyak tapi
tidak pernah ada partai di Indonesia yang dapat dukungan mayoritas
absolut. Jadi kalau mau menang di capres, harus koalisi," ujar Reni, Sabtu (21/9/2013).
Menurut Reni, dalam
pengalaman politik Indonesia, belum ada satu capres pun yang berhasil
menang dari parpol pengusung tanpa koalisi. Apalagi jika parpol tersebut
didominasi pengaruh trah keluarga. Seperti PDI-P yang memang dibangun
berdasarkan ideologi dan trah Soekarno.
"Tidak ada satupun klan
keluarga yang mampu mendominasi. Lah, parpol yang besar saja nggak bisa
mendominasi apalagi cuma keluarga. Jadi kalau mau jadi pemenang harus
koalisi," cetusnya.
Pendapat Reni tersebut terkait wacana
kemungkinan cawapres Jokowi akan diambil dari trah Soekarno di tubuh
PDI-P, Puan Maharani atau Prananda Prabowo. Menurut Reni, justru jika PDI-P nanti
memaksakan pencapresan Jokowi dipasangkan dengan trah Soekarno
menunjukkan eksklusifitas partai dan akan memacu munculnya common enemy seperti yang terjadi ketika Amien Rais dengan karya gemilangnya "Poros Tengah" pada tahun 1999 berhasil dengan gemilang menjegal Megawati menuju RI-1. Bahkan dampaknya bisa menjadi blunder
untuk Jokowi menjadi tak terpilih.
"Berikutnya Jokowi dan trah
Soekarno itu jelas dari PDI-P. Bila demikian, ada kemungkinan Jokowi
justru tidak terpilih. Karena Indonesia bukan kerajaan, Soekarno dan
trahnya bukan pemilik negara ini. Kita hormat, kagum dan berterima kasih
kepada Soekarno yang telah mendirikan negara ini. Tapi negara ini
terdiri dari warganegara yang beragam," pungkas Reni.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar