Laman

Kamis, 19 September 2013

"Jokowi Effect" Memang Nyata

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) kerap ikut berkampanye calon kepala daerah yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Namun, keikutsertaan Jokowi tidak selalu berbuah manis yang ditandai kekalah bertubi-tubi di beberapa Pilkada, sehingga banyak lawan politik Jokowi menggunakan "Jokowi Effect" justru untuk mengerdilkan "Jokowi Effect" itu sendiri.
Dari fenomena tersebut, timbul pertanyaan banyak pihak, benarkah ada yang disebut “Jokowi effect” atau benarkah dukungan Jokowi dapat mempengaruhi popularitas tokoh.

Dalam pantauannya kali ini, Prapancha Research (PR) memeriksa efek itu dengan menganalisis sejauh mana pengaruh kata kunci “Jokowi” terhadap perbincangan mengenai tokoh-tokoh lain di jejaring sosial Twitter. Hasilnya, setidaknya di ranah jejaring sosial, "Jokowi effect" memang nyata. “Dari temuan kami, perbincangan beberapa nama memang memperoleh momentum saat dikaitkan dengan Jokowi,” Analisis PR, Adi Ahdiat, Kamis (19/9/2013).
Dicontohkan, Gita Wirjawan, di awal 2013 sebelum perbincangan tentangnya marak saat ini, memperoleh lejitan mention hingga mencapai 1.335 pada 26 Februari karena adanya pernyataan petinggi Partai Demokrat (PD) untuk memasangkannya dengan Jokowi. Sampai dengan 26 Februari 2013, ini adalah perbincangan tentang Gita tertinggi ketiga di Twitter.
Namun, nama yang kelihatannya paling memperoleh momentum dari dukungan Jokowi adalah Rieke Diah Pitaloka, sewaktu Jokowi berkampanye untuk pemilihan Gubernur Jawa Barat awal tahun ini. Untuk menggambarkan arti penting Jokowi, ketika Pilgub Jabar sedang marak-maraknya (6 November 2012–6 Maret 2013) perbincangan tentang Rieke dikaitkan dengan Jokowi mencapai 49 ribu mention.
Sementara total perbincangan tentang Rieke mencapai 119 ribu. Menurut Adi, secara kasar 2 dari 5 celotehan tentang Rieke adalah dalam kaitannya dengan Jokowi.
“Meski demikian, ini tidak berarti dukungan Jokowi akan serta-merta membantu kandidat tertentu memenangkan pemilu atau pilkada. Hanya saja, dukungan Jokowi memang membantu mengangkat nama seseorang ke perhatian publik,” ujar Adi.
Namun, Adi mengingatkan, efek Jokowi pun terbukti tak bekerja pada tokoh-tokoh tertentu yang memang sudah lekat dengan reputasi buruk. Sebagai contoh, dalam pantauan terhadap perbincangan yang mengaitkan Marzuki Alie atau Ruhut Sitompul dengan Jokowi, yang cenderung ditemukan adalah perbincangan-perbincangan yang menganggap nama-nama ini kapasitasnya jauh di bawah Jokowi.
Adi menambahkan, pesan moral di balik pantauan ini adalah agar partai serta pihak-pihak yang berharap memperoleh imbas dari citra Jokowi sadar. Pada akhirnya bukanlah nama Jokowi itu sendiri yang paling menentukan, melainkan sejauh mana nama yang dikaitkan dengan Jokowi itu dianggap cocok atau setidaknya tak bertentangan dengan imaji publik tentang Jokowi.
“Memiliki Jokowi tak seharusnya melenakan parpol yang menaunginya. Parpol tetap harus bekerja. Terutama bekerja nyata demi kepentingan orang banyak. Bukan sekadar bermain citra,” tutup Adi.

Sumber :
beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar