Rencana pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) membangun
pembangkit listrik berkapasitas total 35 ribu megawatt (MW) selama lima
tahun ke depan dipastikan bakal didominasi perusahaan listrik swasta (independent power producer/IPP)
asing. Hal tersebut terjadi karena IPP dalam dalam negeri masih
menghadapi kendala pendanaan meski pemerintah telah memberi insentif
berupa government guarantee.
"Pemberian government guarantee
memang akan memberi dampak pada kepercayaan perbankan dalam mengucurkan
kredit ke perusahaan listrik. Tapi saya melihat perbankan akan lebih
memprioritaskan pemberian kredit ke IPP asing karena mereka punya
pengalaman dan kondisi pendanaan yang kuat," ujar A. Santoso, Ketua Umum
Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) di Jakarta, Selasa
(20/1/2015).Berdasarkan catatan CNN Indonesia, dari total kapasitas
35 ribu MW pemerintah telah menginstruksikan PT PLN (Persero) untuk
menggarap pembangkit listrik berkapasitas 10 ribu MW. Sementara sebesar
25 ribu MW lainnya diberikan kepada IPP.
Santoso mengatakan, dari
kapasitas 25 ribu MW itu perusahaan listrik asing diprediksi akan
menggarap 75 persen pembangkit atau berkisar 18.750 MW. Sementara 6.250
MW sisanya digarap oleh IPP dalam negeri.
"Sudah sepatutnya
dengan kondisi seperti ini pemerintah memberikan privilege agar
perusahaan dalam negeri bisa menggarap lebih besar kapasitas pembangkit.
Toh kemampuan kita dalam membangun dan menyediakan listrik tidak kalah
dengan mereka (asing)," kata Santoso.
Di kesempatan yang sama,
Person in charge Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan
Nasional (UP3KN) Agung Wicaksono tak mau ambil pusing dengan fakta
tersebut dan mempersilakan semua perusahaan untuk mengikuti lelang
pembangunan pembangkit listrik.
"Kalau mereka punya dana silakan.
Pemerintah juga menginginkan mereka (IPP) mencari pendanaannya sendiri.
Yang pasti kami tidak ingin kegagalan seperti Fast Track Program I
(FTP) terulang karena masalah pendanaan," ujar Agung.
Sementara itu, manajemen perusahaan listrik swasta asing yakni Genting
Energy siap membangun pembangkit demi membantu pemerintah merealisasikan
program 35 ribu MW.
"Kami siap mulai dari pendanaan hingga
teknologi. Kami pikir pemerintah Indonesia butuh perusahaan yang serius
agar kegagalan FTP tidak terulang lagi sekarang," ujar Vice President
Genting Energy Ahmad Janwal. [cnnindonesia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar