Tokoh yang menduduki jabatan publik lebih berpeluang mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya.
Jika kinerjanya baik, dan media tertarik memberitakan, berimbas meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Hal ini juga berlaku terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang selalu disorot oleh media massa.
Pengamat Politik Universitas Nasional (Unas) M Alfan Alfian
mengatakan, pejabat publik seperti kepala daerah bisa menjadikan kinerja
sebagai magnet elektoral, seperti yang dilakukan oleh Jokowi.
"Cara konvensional untuk melejitkan popularitas, seperti pasang iklan
layanan baliho, spanduk dan TV tak diperlukan lagi. Apa yang dia (Jokowi) lakukan sampai saat
ini masih terus disorot wartawan, sehingga ini juga masih membuatnya
media darling," kata Alfan Minggu (6/10/ 2013).
Menurutnya, masih banyak cara untuk bisa terdongkrak popularitas dan
elektabilitasnya. Meski begitu, hingga saat ini belum banyak yang
seperti Jokowi. Padahal, banyak tokoh-tokoh lokal atau daerah yang
kinerjanya juga menonjol.
"Liputan media perlu diperbanyak agar tokoh-tokoh berkinerja baik dikenal luas," ujarnya.
Kinerja Jokowi sempat mendapatkan kritikan dari mantan Ketua MPR
Amien Rais, termasuk kritikan yang datang dari Ketua Dewan Pembina
Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute Arya Budi menilai, figur
seperti Jokowi bisa populer meski tidak memasang media kampanye karena
pemberitaan atas kinerjanya.
Penataan pasar Tanah Abang, relokasi warga di Waduk Pluit, di Waduk
Ria Rio, dan kebijakan terkait pedagang kaki lima mengundang pemberitaan
yang positif.
Dijelaskan, hampir semua media memasang Jokowi dalam frekuensi yang
sangat tinggi. Baik sisi aktivitas personalnya maupun tema kebijakannya
sebagai Gubernur.
Riset Media Monitoring Pol-Tracking pada sepanjang September 2013
terhadap lima televisi, lima koran nasional, dan lima media online
menunjukkan publisitas Jokowi tiga kali lipat lebih tinggi dibanding
tokoh-tokoh lain. Hal itu menurut dia tidak terlepas dari kinerjanya.
"Dari pemberitaan perihal Jokowi ini, semua berita bernada positif
dan netral, hanya kurang dari satu persen negatif," Arya menegaskan.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar