Sejumlah upaya promosi dilakukan pengelola Blok G Pasar Tanah Abang,
Jakarta Pusat untuk memikat calon pembeli. Atas instruksi Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga turut
membantu. Mereka menggelar konser musik dan pentas kesenian lainnya.
Kini
setiap Jumat sampai Minggu konser musik dan gambusan selalu diadakan di
Blok G Pasar Tanah Abang. Pada Jumat pagi misalnya, ada kegiatan
senam
oleh pegawai negeri sipil dari kantor wali kota Jakarta Pusat. Sementara
untuk Sabtu dan Minggu ada pentas gambusan melayu dan konser musik.
Tak
hanya hiburan, pengelola pasar juga mengiming-imingi hadiah mobil bagi
pengunjung. Sebuah mobil yang bakal jadi hadiah pun sudah dipajang di
depan gerbang. Kini di lantai dasar juga disediakan ATM Center, meski
baru diisi oleh Bank BRI saja.
Area
pusat jajanan serba ada atau Pujasera dengan aneka makanan khas daerah
juga disediakan. Semua upaya promosi tersebut diyakini bisa menarik
minat masyarakat untuk mampir dan berbelanja dengan nyaman.
Beberapa
tukang ojek yang mangkal di depan gerbang parkir Blok G Pasar Tanah
Abang mengatakan, setiap akhir pekan jumlah pengunjung di pasar tersebut
meningkat. Saking ramainya jumlah penonton, jika sedang ada acara,
sejumlah tukang ojek terpaksa harus pindah pangkalan, menjauh dari
gerbang parkir.
Namun menurut sejumlah pedagang, rupa
acara promosi itu belum mampu mendongkrak jumlah pembeli. “Itu memang
bikin ramai, tapi di bawah doang, orang enggak naik ke atas ini, mungkin
kalau diadakan di lantai atas mungkin bisa juga memancing orang datang
ke sini,” kata Zulfitra, salah satu pedagang rok
muslim di lantai 3 Blok G Pasar Tanah Abang, Senin
(16/9/2013).
Pedagang lainnya, Andri, 50 tahun, penjual pakaian kasual wanita,
mengatakan acara tersebut hanya dimanfaatkan orang untuk menikmati musik
dangdut. Begitu juga adanya pujasera di lantai bawah dianggapnya salah
strategi. Menurutnya lebih baik diadakan program yang mengundang
ibu-ibu, sebab mayoritas orang yang belanja di pasar adalah kaum ibu.
“Pujasera
seharusnya di atas, atau bikin acara pengajian di lantai 4 dengan
mendatangkan mama Dede, pasti ibu-ibu pada datang. Nanti saat mau turun
kan paling tidak mereka tertarik untuk melihat-lihat dulu,” kata Andri.
Selain
itu, pedagang juga berharap pemerintah bisa memperbanyak akses
penghubung ke blok G. Salah satunya penghubung dari blok F ke blok G.
Pedagang
menyambut baik rencana pemerintah provinsi DKI Jakarta yang akan
menjadikan blok G sebagai pintu keluar dari stasiun Tanah Abang.
“Sehingga sekian ratus muntahan pengunjung dari stasiun kereta langsung
ke bLok G, itu yang kami harapkan,” kata Mustafa, 45 tahun, pedagang
pakaian anak di lantai 3.
Menurutnya, aspirasi itu belum pernah
disampaikan langsung kepada Jokowi. “Kalau hiburan dan undian itu enggak
terlalu efektif. Tapi Jokowi pernah janji mau bikin pintu keluar
stasiun Tanah Abang itu, makanya saya berani bicara, tapi sampai sekrang
realisasinya belum ada,” kata Mustafa, setengah menuntut.
Dari
sekian banyak harapan para pedagang itu, yang lebih mereka inginkan
dalam waktu dekat adalah fasilitas tangga eskalator sehingga pembeli
bisa makin ramai. “Kalau dikasih jangka waktu 3 bulan baru dibangun dulu
tangganya kami mau makan apa kalau kondisinya terus begini?” kata
Rizal, 39 tahun, pedagang pakaian jadi di lantai 3.
Kini pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang masih menanti sejumlah janji Jokowi saat mereka akan direlokasi.
Pedagang Ancam Kembali Gelar Dagangan di Jalan
Pedagang kaki lima yang kini menempati Blok G Pasar Tanah Abang mulai
mengeluhkan kurangnya fasilitas penunjang pasar seperti tangga. Hal itu
menurut mereka menjadi penyebab orang enggan naik ke lantai dua dan
tiga, tempat mereka kini, sehingga pendapatan mereka jadi jauh berkurang
dibanding saat masih berdagang di kaki lima.
Para pedagang
ramai-ramai meminta agar Jokowi
memperhatikan mereka. Sebab setelah hampir dua pekan sejak resmi
beroperasi di pasar itu, jumlah pengunjung tak kunjung meningkat.
Bahkan, Andri, salah satu pedagang mengaku belum sepotong pun pakaian
dagangannya laku.
“Selama 10 hari saya jualan belum ada yang
laku, padahal dulu Rp 500 ribu minimal bisa dapat,” kata dia saat
ditemui detikcom di lantai 3, Blok G, kemarin. “Kalau di lantai 2
lumayanlah, bisa dapat Rp 200-Rp 300 ribu, tapi kalau di lantai 3 ini
jangan harap, jangankan laku, orang nawar saja enggak ada.”
Untuk
mencukupi makan sehari-hari, ia dan beberapa pedagang menyatakan masih
menggunakan sisa uang tabungan. “Sekarang paling tidak Rp 100 ribu habis
sehari untuk kebutuhan saya dan keluarga, duitnya dari mana kalau terus
begini,” kata Nurmailis, ibu dua anak, yang juga berdagang pakaian di
lantai 3.
Suami Nurmailis, Mustafa, pun menambahkan ia ingin kembali turun dan
berjualan di kaki lima, seberang Blok G, tempatnya dulu mencari nafkah.
Menurutnya sudah banyak pedagang yang punya maksud yang sama jika
pendapatan mereka tetap meredup. Ia tak gentar dengan ancaman sanksi
pidana berupa kurungan 10 hinngga 60 hari dan denda hingga Rp 20 juta
sesuai Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Tapi
aksi itu akan mereka lakukan jika tak ada perubahan berarti. Sejauh ini,
sisa uang tabungan masih mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Apalagi pemerintah belum memungut uang sewa tempat alias masih gratis
hingga enam bulan pertama. “Kalau sakit yang kami rasakan sudah sampai
ke kepala kami akan turun ke bawah, kalau sekarang sakitnya masih di
sini,” kata Mustafa sambil menunjuk perutnya.
Mustafa pesimistis para PKL bisa bertahan lama di Blok G. Toh,
sebelumnya pada 2004 pemerintah juga melakukan penertiban dan pedagang
hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya kembali menjadi PKL. “Waktu itu
saya ikut naik, tapi hanya enam bulan. Sekarang kalau gak diperhatiin
sama Pak Jokowi, kita turun dan bikin macet ke jalan,” kata dia dengan
nada emosional.
Tapi tak semua pedagang sepakat untuk kembali
menjadi PKL. Samsuhadi, pedagang pulsa di lantai 2 mengaku ogah
ikut-ikutan kembali ke jalanan. Sebab jika tertangkap, risikonya cukup
besar. “Kalau mau turun itu saya enggak, karena sudah ada
pasal-pasalnya, 6 bulan ditangkap dan denda Rp 20 juta, sudah
ditulisin,” kata pria asal Padang ini.
Samsuhadi lantas meminta
pemerintah tegas dalam melakukan penertiban PKL. Ia mengeluhkan masih
ada beberapa PKL di Lokasi Binaan Jati Baru yang bebas berjualan.
Padahal tak jauh dari lokasi itu tampak terparkir mobil dinas Satpol PP.
“Gak ngerti juga apakah sudah ditertibkan atau enggak,” kata Samsuhadi.
Zulfitra, pedagang Blok G yang tinggal di kawasan Tanah Abang
juga mengungkapkan hal yang sama. “Masih banyak PKL yang berkeliaran di
gang-gang, jenis dagangannya sama, kalau mereka masih ada enggak mungkin
orang tertarik naik ke atas dan lebih memilih membeli pada mereka kan,”
kata dia.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar