Laman

Rabu, 24 Juli 2013

Jokowi Tak Ingkar Janji

Seribu satu masalah membelit Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi. Kompleksnya persoalan ibu kota menuntut bekas wali kota Solo itu tak bisa hanya memprioritaskan satu atau dua masalah besar untuk segera dicarikan solusinya, semisal persoalan banjir atau kemacetan.
Masalah-masalah lain pun butuh sentuhan cepat dari Jokowi, seperti penanganan persoalan yang menyangkut fasilitas publik. Beberapa hasil kerja keras Jokowi di fase awal pemerintahan kini sudah mulai bisa dinikmati warga ibu kota.
Ada satu pemandangan baru di jalan protokol Sudirman–Thamrin. Wajah kota yang selalu tampak sibuk itu kini dipercantik dengan kehadiran bangku-bangku taman di sepanjang koridor jalan. Bangku yang terbuat dari batangan kayu jati itu terlihat elegan karena warna kayu asli tetap dipertahankan. Hanya dilapis pelitur. Adapun besi penyangga bangku dicat warna putih.
Bangku taman itu diletakkan secara teratur sehingga tidak mengganggu pemandangan mata. Umumnya diletakkan di dekat pohon atau dekat halte busway. Jaraknya pun diatur sedemikian rupa, sekitar 30 meter sehingga tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh satu sama lainnya.
Rupanya, selain mempercantik wajah ibu kota, bangku-bangku itu juga memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Pantauan detikcom pada Selasa malam lalu, bangku-bangku kapasitas tiga-empat orang itu tampak diduduki supir taksi yang ngaso, warga yang menunggu bis, atau yang bersantai sambil minum dan baca buku.
Salah satu lokasi pemasangan bangku yakni di depat pusat perbelanjaan FX di bilangan Senayan, Jakarta Selatan. “Sekarang enak sih, jadi bisa duduk nyaman di sini. Biasanya kita duduk di emperan itu kalau nunggu jemputan,” kata Tara, 20 tahun sambil menunjuk tembok taman di depan FX.
Di atas tembok pembatas taman setinggi 30 sentimeter itu ditancapkan besi tumpul setinggi 10 sentimeter. Keberadaan besi-besi itu sengaja dibuat untuk mencegah orang duduk di taman.
Tara biasanya “terpaksa”duduk di tembok taman itu meski berisiko tak nyaman dan pakaiannya tersangkut di besi. Pasalnya, jemputannya kadang terlambat datang karena macet. “Kalau menunggu bisa sampai sejam, soalnya rumahku kan jauh di Bintaro,” kata dara yang bekerja sebagai kasir di salah satu outlet di FX itu.
Senada dengannya, Apri, 19 tahun, pun menuturkan hal yang sama. Apri adalah warga Cilandak yang bekerja sebagai sales promotion girl di Guardian di dalam mal FX. “Senang banget ada bangku ini, dulu kalau nunggu ya kita berdiri, tapi kan suka pegal juga kalau bisnya lama datang,” tutur dia.
Ketika disinggung tentang asal muasal bangku itu, baik Apri maupun Tara berujar itu adalah usulannya Jokowi. Gubernur yang masih jauh dari genap setahun kepemimpinannya itu memang diketahui sempat berjanji untuk membenahi dan menambah ruang-ruang terbuka di ibu kota.
Jokowi yang dikenal doyan blusukan itu memilih untuk menempatkan fasilitas publik berupa bangku di jalur utama tersebut. Sebanyak 340 bangku taman dipasang untuk memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki.
Selain bangku, pemerintah juga memberikan fasilitas wifi gratis di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin. “Ini untuk memberikan kenyamanan kepada warga, selain itu juga mempercantik trotoar,” kata Jokowi.
Bangku–bangku itu didatangkan secara bertahap dari pabrik perakitan di Klaten, Jawa Tengah. Sejak Juni lalu, bangku mulai dipasang di Jalan Sudirman di Jakarta Selatan hingga Jalan Merdeka Barat dan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Rencananya Pemda DKI juga akan menyediakan bangku serupa di trotoar-trotoar jalan lain di seantero Jakarta.
*****
Perbaikan tanggul pada Kanal Banjir Barat di sisi Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, kini masih tetap berlanjut. Pemerintah menepati janjinya untuk membuat dinding penahan di tepi tanggul dari material beton (parepart wall). Dari pantauan detikcom pada Selasa (23/7) malam, pengerjaan konstruksi fisik tepat di lokasi tanggul yang jebol pada medio Januari lalu itu, sudah mulai berdiri dinding penahan.
Namun dinding bermaterial beton itu masih ditopang dengan papan menandakan beton masih belum kering. “Tingginya itu nanti 3,5 meter di atas tanah ditambah pondasi ke dalam tanah 2 meter,” kata Heru, seorang pekerja konstruksi yang ditemui di lokasi, kemarin.
Pembangunan dinding penahan rencananya akan dilakukan di sepanjang tepi kanal, mulai dari Kampung Melayu, Manggarai, Pasar Rumput, Harmony, hingga daerah Pengalengan di belakang stasiun kereta karet.
Parepart yang sudah mulai dibangun baru terlihat sepanjang 20 meter. Dinding itu benamkan ditengah-tengah tumpukan batu kali dan batu gunung yang dibalut anyaman kawat pembungkus batu di sisi kali.
Tepat di bantaran kali terlihat sebuah alat berat beko warna kuning dan tumpukan tanah hasil pengerukan. Pembangunan dinding penahan beton tersebut nantinya akan dibuat seperti parepart yang sudah ada di sepanjang sisi sungai dekat halte busway Harmoni.
Meski pembangunan masih belum rampung, beberapa warga terlihat sudah beraktivitas di sana seperti berdagang asongan, juga jadi tempat berteduh penarik gerobak. Tak jauh dari lokasi pembangunan parepart juga digunakan oleh beberapa warga untuk tempat bersantai.
Atmo, 61 tahun, salah satu pedagang asongan di Latuharhary mengatakan pembangunan parepart tersebut salah satunya karena Jokowi diketahui hampir setiap hari blusukan ke sana memantau penanggulangan darurat tanggul. “Tapi mulai ini (parepart) dibangun, dia belum pernah lagi datang ke sini,” kata Atmo yang juga saksi mata saat tanggul jebol.
Blusukan Jokowi, yang saat itu banyak disorot media memang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada percepatan penanganan tanggul. Hasanuddin, petugas keamanan dari Jaya Konstruksi yang bertugas di dekat tanggul mengatakan hal senada. “Tanggul ini memang sudah waktunya diperbaiki, tapi ya ini karena Jokowi dan Pemda juga,” tegas dia.
*****
Pengamat politik yang juga Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia Iberamsjah justru mempertanyakan kinerja Jokowi yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu. Iberamsjah menilai Jokowi belum memberikan perubahan yang besar sepanjang memimpin Jakarta dalam kurun sekitar sembilan bulan. Padahal, Jokowi dikenal sangat giat blusukan ke berbagai lokasi.
“Masa evaluasi umpan balik blusukan itu ya 9 bulan hingga 1 tahun, tapi umpan baliknya enggak ada, malah tambah macet, banjir tidak tertangani, KJS dan PKL juga bermasalah, jadi sebenarnya enggak ada perbaikan,” kata dia kepada detikcom, Selasa (23/7).
Iberamsjah mengakui aksi blusukan Jokowi yang membuatnya lebih banyak di lapangan daripada di balik meja sebenarnya hal yang baik. Pasalnya, kegiatan ini membuat Jokowi bisa lebih mudah mendapat fakta dan informasi secara lengkap dan menuangkannya dalam kebijakan yang akan diambil. “Tapi kalau itu hanya kepura-puraan untuk tingkatkan elektabilitas, ya jahat sekali.”
Adapun Kepala Biro Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri Pemprov DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menyatakan aksi blusukan Jokowi acap kali bermanfaat untuk mencari solusi. Jokowi tak sungkan terjun langsung ke lokasi pasar tradisional, perkampungan kumuh, selokan, bantaran kali Ciliwung, kawasan rawan banjir. “Jadi kegunaannya beliau tahu kantong-kantong yang harus diberi prioritas dengan melihat kondisinya,” ujar Heru.
Dengan observasi langsung, Heru menilai arahan Jokowi biasanya lebih tajam saat mencari solusi. “Misalnya di rumah susun Marunda itu beliau lihat perlu ada perbaikan, penambahan volume air bersihnya, transportasi umum dan pembuangan sampah,” kata Heru.
Selain pembangunan fisik, Jokowi juga kerap inspeksi mendadak ke berbagai kantor lembaga pemerintahan dan dinas-dinas. Dia melakukan reformasi PNS dan memeriksa pelayanan.


Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar