Susan Jasmine Zulkifli, 43 tahun, dilantik menjadi Lurah Lenteng Agung,
Jakarta Selatan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada 27
Juni 2013 yang lalu. Sejak menjabat, lurah berparas cantik itu rajin 'blusukan', ke
kampung-kampung mengikuti gaya sang atasan, Jokowi.
Setiap Sabtu
dan Minggu, Lurah Susan mengadakan kerja bakti di wilayah Lenteng Agung.
Tak hanya menginstruksikan, dia juga terlibat langsung dalam kegiatan
tersebut. Dia rajin berbaur dan berdialog langsung dengan warga.
Kehadiran lurah cantik Susan tersebut memantik semangat warga untuk ikut
gotong royong.
Bahkan para pengurus rukun tetangga dan rukun
warga, yang umumnya laki-laki makin giat menggelar kerja bakti. Rupanya
semangat para kaum bapak itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan
ibu-ibu warga Lenteng Agung.
Siti Maimunah (44 tahun), warga RT
14 RW 03, Lenteng Agung mengaku sejak Susan menjabat lurah banyak
pengurus RT yang kegenitan. Misalnya, pengurus RT bela-belain ikut kerja
bakti pada hari Minggu untuk membersihkan selokan. Padahal, pada saat
bersamaan ada acara hajatan pernikahan di rumah tetangganya.
“Bapak-bapak ada yang malah ganjen sekarang. Mereka pakai minyak wangi lah kalau kerja bakti. Sok kerajinan gitu deh,” kata Maimunah yang sudah menetap di Lenteng Agung sejak 1980, Selasa (1/10/2013).
Hal
yang sama dikatakan warga RT 08 RW 04, Khadijah (39 tahun). Dia bersama
Maimunah mengaku diajak ikut demo menolak Lentang Agung dipimpin oleh
lurah Susan. Namun penolakan itu bukan karena adanya perbedaan agama.
Tapi, persoalan perempuan cantik menjadi lurah yang dikhawatirkan akan salah kaprah. “Ya bingung aja cakep-cakep ngapain
jadi lurah. Mending pria saja yang lurah,” kata Khadijah. Unjukrasa
penolakan terhadap Lurah Susan pun kebanyakan diikuti oleh kaum
perempuan.
Sejumlah warga Lenteng Agung lainnya juga tidak mempersoalkan keyakinan
agama yang dianut Lurah Susan Jasmine Zulkifli. Yang terpenting bagi
mereka seorang lurah bisa membawa perubahan, khususnya bagi pelayanan
terhadap warga.
Mantan Ketua RT 04/RW 05 Kelurahan Lenteng Agung
yang juga sesepuh warga H. Abdul Rahman, 64 tahun, mengatakan persoalan
agama itu masing-masing urusan pribadi.
Secara pribadi dia
melihat sosok Susan adalah pamong yang bisa membaur dengan warganya.
Tidak ada sikap kaku. Meski kadang sejumlah warga antipati terhadap
kegiatan kerja bakti yang dilakukan Susan untuk persiapan Piala Adipura.
Bahkan secara gamblang, ia membandingkan dengan lurah Lenteng Agung sebelumnya yang kaku dan tidak low profile. “Kalau lurah yang lama boro-boro datang lihat langsung warga. Saya saja kalau ke kantor kelurahan jarang lihat dia,” kata Abdul.
Sementara
menurut Koordinator Forum Warga Lenteng Agung Nasri Nasrullah,
penolakan terhadap Lurah Susan sudah terjadi sejak awal pelantikan oleh
Jokowi. Dia menyesalkan sistem lelang jabatan yang tidak memperhatikan
aspirasi warga Lenteng Agung.
Menurut Nasri, persoalan ini
penting karena mayoritas warga Lenteng Agung muslim. Apalagi dalam
sejarah Lenteng Agung selalu dipimpin oleh seorang lurah yang beragama
Islam.
“Harusnya kami di dengar dulu ingin itu ingin apa. Banyak
warga yang tanya-tanya sejak lama sebelum proses lelang itu. Kalau
seperti ini kan bentuk kekecewaan kami. Kalau memang ingin benerin,
Jokowi blusukan dong ke sini,” kata Nasri kepada detikcom, Rabu (2/10/2013) kemarin.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar