"Meskipun berdasarkan pada survei terakhir capres berasal dari Jawa tetap lebih banyak seperti Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo, namun hal itu lebih didasarkan pada sisi kredibilitasnya," kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini di Yogyakarta, Sabtu (5/10/2013).
Menurut dia, saat ini masyarakat telah lebih mempertimbangkan faktor lain yakni menyangkut kredibilitas serta kompetensi capres berdasarkan rekam jejak yang dimiliki.
"Dalam hal ini faktor kejujuran serta keberpihakan terhadap rakyat menjadi faktor utama," katanya.
Ari menilai penilaian capres berdasarkan kesukuan misalnya Jawa atau luar Jawa menjadi tidak relevan lagi, disebabkan sebagian besar masyarakat saat ini telah lebih mempertimbangkan bukti nyata dari pada mengacu asal usul capres atau unsur primordial lainnya.
Sehingga, dalam kontestasi politik pada Pemilu 2014, kata dia, capres yang berasal dari Jawa maupun luar Jawa akan memiliki kesempatan serta porsi yang sama dalam bersaing.
Untuk membangun demokrasi yang sehat, tambah dia, memang pendikotomian capres berdasarkan kesukuan sudah selayaknya dihilangkan.
Hal itu disebabkan selain tidak terkait erat dengan pembangunan dan kesejahteraan bangsa, justru dapat memicu disintegrasi bangsa.
"Walaupun pemilih dari Pulau Jawa bisa dikatakan lebih banyak dibanding daerah lainnya, namun sebaiknya orientasi memilih tetap harus didasarkan pada sisi objektivitas yang melekat pada capres," katanya.
Sosok yang Tanggap
Board of Advisor, Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffry Geovanie menilai Jokowi merupakan sosok yang tanggap dan cepat mengatasi persoalan masyarakat.
''Jokowi akan menjadi harapan baru untuk masyarakat. Ini bukan tanpa alasan, karena Jokowi tampil menjadi sosok yang tanggap,'' ujar Jeffry. Ia menilai, setelah 2014 Indonesia membutuhkan kepemimpinan model Jokowi.
Lebih jauh Jeffry menjelaskan, jawaban Jokowi yang mengaku enggan memikirkan kursi presiden di tahun 2014 mendatang adalah sikap yang tepat.
”Justru jawaban-jawaban Jokowi bahwa dia tidak memikirkan capres 2014 dan hanya memikirkan tanggung jawabnya untuk membenahi kota Jakarta adalah pilihan jawaban yang tepat dan benar. Jokowi memang tidak harus memikirkan apalagi mendesain agar dirinya jadi capres 2014,” kata Jeffry.
Apalagi, kata dia, popularitas dan elektabilitas Jokowi sebagai calon presiden 2014 dinilai lebih unggul dibandingkan tokoh-tokoh lainnya yang digadang-gadang sebagai capres .
"Kalau kita mau objektif menilai peluang-peluang kandidat capres yang ada saat ini, suka tidak suka maka Jokowi telah mengungguli semua kandidat yang ada," ujar Jeffry Geovanie.
Menurut Jeffry, elektabilitas Jokowi bahkan telah mampu melampaui sejumlah tokoh yang menguasai parpol yakni Prabowo, Wiranto, Megawati, dan Aburizal Bakrie.
Jeffry menambahkan popularitas dan elektabilitas Jokowi hanya bisa ditandingi oleh tokoh yang memenangi Konvensi Capres Partai Demokrat.
"Dari sejumlah peserta yang mungkin mengikuti Konvensi Capres Partai Demokrat, nama Gita Wiryawan patut diperhitungkan akan memenangkan konvensi," tuturnya.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar