Laman

Jumat, 27 September 2013

Serangan untuk Jokowi, Bumerang untuk Amien Rais

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito menyayangkan pernyataan keras yang dilontarkan Amien Rais untuk Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, apa yang dikatakan Amien sangat tendensius dan dapat menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Arie menjelaskan, sebagai tokoh yang memiliki pengaruh, Amien seharusnya tak menyampaikan hal-hal yang berimplikasi buruk. Namun begitu Arie yakin, kecerdasan masyarakat akan menyaring maksud serangan yang dilontarkan Amien kepada kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
"Kalau mau kritik bukan begitu caranya. Misalnya kritik programnya Jokowi, atau gaya blusukan, bukan kritik yang tendensius dan menyerang personal," kata Arie saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (27/9/2013).
Arie menyampaikan, apa yang disampaikan oleh Amien merupakan manuver politik. Hal itu terjadi setelah Joko Widodo (Jokowi) tidak memberi respons atas wacana Amien menduetkannya dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dalam Pemilihan Umum Presiden tahun depan.
Dampaknya, kata Arie, simpati publik kepada Jokowi justru akan semakin bertambah. Pasalnya, publik menyadari apa yang diungkapkan Amien merupakan serangan politik yang alasannya didominasi oleh kekecewaan pribadi.
"Publik sudah cerdas, dan ini jadi bumerang buat Amien Rais, karena akan muncul sikap dukungan untuk Jokowi," tandasnya.
Untuk diketahui, saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013), Amien menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer.
Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.
Ia berharap, Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya.
"Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.
Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Daerahnya masih banyak yang kumuh, hanya Slamet Riyadi saja yang bagus. Tapi Jokowi malah dinobatkan sebagai wali kota nomor tiga terbaik di muka bumi, mungkin hanya karena popularitas," ujarnya.
Pernyataan "pedas" Amien Rais soal Jokowi bukan kali ini saja. Sebelumnya, ia mempertanyakan nasionalisme Jokowi.

Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar