Laman

Rabu, 24 Juli 2013

Blusukan Jokowi, Manfaat atau Mudarat?

Sore menjelang di kawasan Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Kemarin puluhan warga asyik bercengkerama di pinggiran Waduk sambil menunggu bedug Maghrib. Ada rombongan ibu-ibu bersama anak-anaknya, ada juga muda-mudi yang sekadar ngobrol. Beberapa malah ada yang mengambil gambar menggunakan telepon genggam dengan latar belakang suasana baru Waduk Pluit.
"Lumayan buat ngabuburit, sudah tidak bau lagi seperti dulu," kata Hendra, salah satu pengunjung kepada Detik di kemarin. Senada dengan Hendra, Yadi mengatakan meski pengerjaannya belum selesai, pinggiran Waduk Pluit kini terasa lebih asri dibanding sebelumnya. Kondisi Waduk Pluit sekarang berbeda dengan Januari lalu. Saat itu bantaran waduk dengan luas 80 hektar itu dipenuhi bangunan rumah padat penduduk. Di bagian sebelah barat, hampir seluruh permukaan waduk tertutup tanaman enceng gondok. Ada juga tumpukan sampah yang menimbulkan bau tak sedap. Saat ini baik tumpukan sampah, maupun pemukiman padat penduduk sudah hilang. Berganti dengan suasana baru.
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan pengerjaan normalisasi Waduk Pluit setelah banjir melanda Ibu Kota pada Januari lalu. Saat ini pengerukan waduk yang luasannya sempat menyusut menjadi 60 hektar itu masih terus dilakukan. Rencananya, di sekeliling Waduk Pluit akan dibangun jalan beraspal. Beberapa ruas jalan malah sudah selesai dikerjakan. Seperti jalan Taman Burung, -sebelah apartemen Laguna-, jalan Waduk Pluit dan jalan Muara Karang, lengkap dengan lampu jalan.
Kemarin sore, ada empat alat berat jenis becho yang berada di bibir waduk. Sedangkan 4 becho lainnya berada di darat dan sedang mengeruk lahan yang akan dijadikan taman. Lahan yang akan dibangun taman tersebut terpisahkan oleh aliran air waduk yang mengarah ke jalan raya. Para pekerja saat ini sedang membangun jembatan yang menghubungkan jalan Muara Karang dengan jalan Waduk Pluit.
Menurut Hendra perubahan drastis di Waduk Pluit tak lepas dari aksi blusukan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu berulang kali mengunjungi Waduk Pluit selama pengerjaan normalisasi. “'Blusukan Jokowi tentu berpengaruh sama percepatan ini (normalisasi)," kata Hendra.
Selepas salat tarawih puluhan bocah bermain kejar-kejaran di sela gerobak pedagang makanan di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara kemarin. Canda dan tawa mereka seolah tak menyisakan trauma banjir yang terjadi akibat meluapnya Waduk Pluit, pertengahan Januari lalu. Pasca banjir melanda, Gubernur Jokowi memindahkan warga yang tinggal di bantaran Waduk Pluit ke rusun Marunda.
Kondisi rusun Marunda kini tampak lebih bersih dan asri dibanding beberapa bulan yang lalu. Ada 6 Pot bunga tersusun rapi di lantai dasar blok, seperti di blok 2. Mila, istri Ketua Rukun Tetangga Blok 2 Mujiono mengaku, membaiknya kondisi rumah susun Marunda tidak lepas dari aksi 'blusukan' Jokowi maupun Wakilnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Ardi, 24 tahun, menguatkan pengakuan Mila. Menurut Ardi, 'blusukan' yang dilakukan Jokowi maupun Ahok membuat penghuni rumah susun semakin terseleksi. Penguhuninya yang semakin ramai membuat rusun Marunda semakin nyaman ditempati.
Aksi blusukan Jokowi mendapat kritikan dari beberapa kalangan. Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, secara kasat mata aksi tersebut belum membawa perubahan yang signifikan. “Hasil blusukan itu memang bukan membangun fisik tapi kulturnya, membangun kepedulian,” kata Yayat kepada Detik Selasa kemarin.
Senada dengan Yayat, pengamat politik dari Universitas Indonesia Iberamsjah mengatakan blusukan yang dilakukan Jokowi belum berdampak besar karena tidak adanya grand design penyelesaian masalah kota Jakarta. “Penasihat dia (Jokowi) tidak punya masterplan. Jujur saja Jokowi tidak punya konsep untuk selesaikan banjir, kemacetan yang luar biasa,” kata Iberamsjah secara terpisah.
Sebelumnya, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyoroti pengalokasian sejumlah dana blusukan Jokowi. Koordinator advokasi FITRA M. Maulana menyebut dana blusukan yang masuk dalam alokasi belanja operasional Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mencapai Rp 26,6 miliar. Maulana menilai aksi blusukan Jokowi tidak memberikan manfaat, karena belum ada perubahan yang bisa dirasakan masyarakat.
Sementara di Waduk Pluit, dan rumah susun Marunda malam telah turun. Ibu-ibu dan anak-anak telah masuk ke kamarnya masing-masing. Merekalah, termasuk Hendra, Mila, dan Ardi yang sudah merasakan hasil dari aksi blusukan Jokowi.


Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar