167 hari sudah Joko Widodo memimpin Ibu Kota Jakarta. Meski terkenal
dengan ide-ide perbaikan Jakarta, gebrakan mantan Wali Kota Solo itu
masih dinilai tanpa perhitungan matang.
"Banyak dari gebrakan
baru itu tanpa perhitungan matang seperti Kartu Jakarta Pintar dan Kartu
Jakarta Sehat yang tidak memperhitungkan beban pelayanan yang harus
dihadapi oleh petugas," kata peneliti senior The Jakarta Institute,
Ubaidillah saat dihubungi, Sabtu (30/3/2013) malam.
Bukan hanya
KJS dan KJP, Ubaidillah menyebut konsep dari gagasan rumah susun dan
kampung deret juga belum matang. "Sebaiknya untuk program-program
tersebut, Jokowi bikin satu model dulu, kemudian dievaluasi daripada
berwacana banyak dan memberi harapan, namun kemudian tidak dijalankan,"
sambungnya.
Menurutnya banyak wacana yang dilontarkan Jokowi
maupun wakilnya Basuki Tjahaja Purnama yang belum ditindaklanjuti
seperti MRT maupun peremajaan angkutan umum.
"Namun belum ada tindak lanjut yang signifikan dalam implementasinya dan banyak tarik ulur," sebutnya.
Semestinya,
Jokowi juga fokus mengerjakan program yang memiliki beban anggaran
tidak terlalu besar dan dapat dikerjakan dalam waktu singkat. "Segera
dijalankan misalnnya dalam skala terbatas dulu, kemudian dilakukan
evaluasi," kata Ubaidillah. "Yang penting harus berani mengakui kalau
ternyata dari hasil evaluasi ada yang kurang," tambahnya.
Bagi
Ubaidillah, ada tiga sebutan untuk menilai kinerja kepemimpinan Jokowi.
"Panik, implementasi sesaat dan tarik ulur program," ujarnya.
Sumber :
news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar